Erling Haaland telah membuat banyak pihak mengakui kebesarannya musim ini, termasuk Roy Keane. Mantan gelandang Manchester United yang dahulu menyebut Haaland “setara pemain League Two,” kini harus menelan kata-katanya sendiri. Setelah Erling Haaland mencetak dua gol di derby Manchester awal bulan ini, Keane akhirnya mengakui bahwa sang striker tampil luar biasa, meski tetap melontarkan candaan bahwa kini Haaland “setidaknya sudah jadi pemain Championship”.
Komentar itu tentu mengandung nada gurauan, mengingat sejarah panjang permusuhan antara Keane dan ayah Erling Haaland, Alf-Inge Haaland, sejak era Premier League 2000-an. Namun satu hal yang tak bisa disangkal adalah: Di tengah perdebatan soal gaya mainnya, statistik Haaland tetap berbicara lantang.
Statistik Menakjubkan
Haaland telah mencetak 91 gol dari 102 laga Premier League dan 50 gol dalam 49 pertandingan Liga Champions, sebuah rekor nyaris satu gol per pertandingan. Angka-angka ini mencerminkan kualitasnya sebagai salah satu striker paling menakutkan di Eropa. Namun, musim ini ada hal baru yang mulai ditunjukkan oleh Haaland.
Bekerja di City Football Academy, banyak yang melihat tanda-tanda kematangan pada Haaland. Di usia 25 tahun, ia tak lagi hanya anak ajaib yang muncul di Molde, Salzburg, atau Dortmund. Kini, ia mulai memahami bahwa kontribusinya tak sekadar mencetak gol. Ia mulai menunjukkan sisi lain dalam permainannya, lebih matang baik di dalam maupun di luar lapangan.
Peran Baru di Balik Perubahan Mentalitas
Musim lalu menjadi musim terburuk Pep Guardiola di Manchester City sejak 2016, tanpa satu pun trofi. Namun, Guardiola tak melupakan pemain-pemain yang tetap tampil meski tim dihantam cedera dan krisis moral. Haaland adalah salah satunya, dengan 34 gol termasuk 22 di liga.
Menariknya, Erling Haaland kini lebih vokal. Ia tak lagi canggung berbicara di depan media. Dalam satu wawancara musim lalu, ia menyebut tim “kehilangan rasa lapar di dalam diri”, sebuah pernyataan yang cukup berani mengingat City baru saja meraih empat gelar liga beruntun. Namun, kata-katanya muncul dari refleksi diri—ia mengakui turut bertanggung jawab atas penurunan performa tim.
Guardiola menilai ruang ganti City kehilangan kendali musim lalu. Untuk pertama kalinya dalam kariernya di City, ia menunjuk langsung kapten dan wakilnya. Bernardo Silva ditunjuk sebagai kapten utama, dan Haaland dimasukkan ke dalam kelompok kepemimpinan. Langkah ini memberi Haaland tanggung jawab yang lebih besar, dan Guardiola secara terbuka menyebutnya sebagai calon kapten masa depan.
Kematangan Haaland: Dari Pemain Muda ke Pemimpin
Haaland telah memperpanjang kontraknya hingga 2034, sebuah komitmen panjang yang menunjukkan ikatan emosionalnya dengan City, klub tempat ayahnya dulu bermain. Kini, Haaland juga sudah menjadi seorang ayah dan memahami nilai kepemimpinan serta tanggung jawab yang lebih luas.
Sebagai bagian dari kelompok pemimpin, Haaland mulai aktif membangun ikatan tim. Ia berupaya memastikan pemain muda dan rekrutan baru merasa diterima dalam tim. Prinsip yang ia pegang cukup sederhana: Pemain akan tampil terbaik ketika mereka merasa “bebas secara mental”. Filosofi ini telah menciptakan atmosfer yang lebih positif di ruang ganti musim ini, memberikan dorongan bagi semua pemain untuk tampil lebih maksimal.
Guardiola pun mengakui perubahan yang terjadi. Dalam konferensi pers terbaru, ia menegaskan bahwa kebersamaan dan kenyamanan tim kini menjadi fondasi utama kesuksesan mereka. “Spirit-lah yang paling penting, bukan taktik,” ujar Guardiola. “Bagaimana kami saling mendukung, baik di momen baik maupun buruk, itulah dasar segalanya.”
Haaland: Mesin Gol yang Juga Pemimpin Tim
Haaland bukan lagi sekadar mesin gol. Ia kini menjadi perekat tim, sosok yang ikut menjaga harmoni dan semangat di ruang ganti. Guardiola sangat sadar akan pentingnya karakter semacam ini jika City ingin membangun dinasti baru di Etihad.
Statistik tetap menunjukkan bahwa Haaland adalah salah satu pemain terbaik. Ia kini memimpin daftar top skor Premier League dengan enam gol dari lima laga, serta tujuh gol dari enam laga di semua kompetisi. Namun, data juga menunjukkan bahwa kontribusinya kini jauh melampaui sekadar gol.
Haaland mencatatkan rata-rata 24,6 sentuhan per laga, mirip dengan musim-musim sebelumnya. Namun, jumlah sentuhannya di area pertahanan sendiri meningkat drastis menjadi delapan per laga (naik dari 5,6 musim lalu). Ia juga melakukan dua sapuan bola dan lebih dari empat intervensi defensif per pertandingan—angka tertinggi sepanjang kariernya di Inggris.
Perubahan Gaya Bermain Haaland
Erling Haaland, Salah satu perubahan signifikan dalam gaya bermain Haaland adalah meningkatnya jarak lari dan jumlah sprint yang ia lakukan per laga. Musim ini, Haaland berlari lebih jauh dan melakukan hampir 30 sprint per laga, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan 18 sprint musim lalu. Data ini menunjukkan bahwa Haaland kini lebih terlibat dalam permainan tim, bekerja lebih keras, dan peduli pada keseimbangan tim.
Sebagai pemain muda yang terus berkembang, Haaland kini menunjukkan bahwa ia mampu menempatkan tim di atas kepentingan pribadi. Ini adalah kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin sejati.
Haaland Menuju Peran Kapten
Pep Guardiola sejak awal menekankan bahwa Haaland harus belajar “menempatkan tim di atas segalanya”. Dan kini, tanda-tanda kedewasaan itu mulai tampak jelas. Bahkan, Roy Keane yang dulu sinis terhadap Haaland kini mengakui bahwa ia telah memahami makna tanggung jawab seorang pemain besar.
Meskipun sempat absen di Carabao Cup karena cedera punggung ringan, City berharap Haaland segera pulih dan kembali tampil di laga melawan Burnley. Guardiola tahu, peran Haaland kini tak hanya sebagai pencetak gol, melainkan pemimpin yang siap menapaki jalan menuju peran kapten masa depan.
“Erling sudah luar biasa sejak awal,” kata Guardiola. “Tapi musim ini, ia lebih baik dari sebelumnya.” Baca juga, Informasi Lengkap Seputar Dunia Sepak Bola Dunia.